Sore itu, langit di atas pulau Void tampak lebih hangat dari biasanya. Warna jingga keemasan membelah kabut tipis, menciptakan siluet pohon-pohon tinggi dan danau kecil yang tenang di dekat gua mereka.
Setelah beberapa hari bertahan, mereka akhirnya punya satu hari tanpa pertempuran.
Rendi duduk di tepi danau, kaki dicelupkan ke air, pedang Nullfang tergeletak di sampingnya. Layla sedang merapikan rambutnya yang mulai kusut, sementara Arkana sibuk membersihkan tombaknya.
"Lucu ya," gumam Rendi, "kayak kita beneran hidup di dunia... biasa."
Layla mendekat, duduk di sebelahnya. "Dunia biasa nggak akan bikin kita sekuat ini."
Rendi melirik. "Apa kamu... nggak capek?"
Layla tersenyum kecil. "Capek. Tapi... kalau itu berarti bisa tetap di sampingmu, aku nggak keberatan."
Rendi membuka mulut, tapi tak tahu harus berkata apa. Kata-kata Layla selalu terasa lembut, tapi dalam.
Lalu Arkana ikut duduk di sisi lain Rendi, dengan senyum menyudut khasnya. "Kau sadar nggak, semua ini—pulau, sistem, bahkan kekacauan yang kita hadapi—itu seperti... alat uji. Tapi justru di sini kita mulai kenal satu sama lain."
"Kau mulai sok filosofis," canda Rendi, meninju bahu Arkana pelan.
Arkana menatapnya, kali ini serius. "Aku belum pernah merasa sebebas ini, Rendi. Bersamamu... dan Layla... rasanya seperti punya tempat. Punya alasan untuk berjuang."
Layla mengangguk, wajahnya memerah sedikit. "Aku juga."
Angin sore berembus lembut.
Rendi menatap mereka berdua, hatinya dilanda rasa hangat dan bingung bersamaan. "Aku... nggak tahu apa aku pantas menerima semua ini. Kalian berdua terlalu berarti buatku."
Arkana tertawa kecil. "Makanya jangan mati."
Layla menyandarkan kepala di pundaknya. "Jangan pergi kemana-mana, ya."
Rendi menghela napas dalam.
> [Omega Core: Sinkronisasi Emosional – 72%]
Efek: "Tautan Jiwa" dengan Layla dan Arkana semakin dalam. Skill gabungan akan segera terbuka.
Langit perlahan gelap, tapi hati mereka—untuk pertama kalinya—tak lagi dibayangi rasa takut.
Tiga jiwa yang terhubung oleh luka, perjuangan, dan rasa yang tumbuh diam-diam.
Dan di kejauhan, tak disadari oleh mereka...
Dua pasang mata mengawasi dari balik kabut. Bayangan pengkhianat yang belum sepenuhnya menghilang, dan musuh baru yang menanti waktu untuk menyerang.
Tapi untuk malam ini—hanya ada kedamaian kecil di tengah badai yang belum reda.