Pagi itu, kabut belum sepenuhnya menghilang ketika Rendi, Layla, dan Arkana memulai perjalanan menuju reruntuhan Sistem Kuno—sebuah struktur tua yang dipercaya menyimpan jejak keberadaan Raka.
Tapi tak jauh dari pintu masuk reruntuhan, mereka menemukan sesuatu yang tak terduga.
Seorang pemuda.
Tergeletak di bawah reruntuhan batu, tubuhnya terluka parah, namun masih bernapas. Rambutnya hitam kusam, kulitnya pucat, dan pakaiannya sobek seperti habis bertarung habis-habisan.
Layla langsung berlutut di sampingnya. "Dia masih hidup!"
Rendi waspada, tapi mengangguk. "Kita bawa dia ke dalam. Tempat ini nggak aman."
---
Beberapa jam kemudian, pemuda itu terbangun.
Namanya Elian.
Sopan, tenang, dan pandai bicara. Dia mengaku sudah berminggu-minggu bertahan sendiri di reruntuhan setelah kelompoknya dimusnahkan oleh entitas sistem.
"Aku tidak tahu bagaimana bisa selamat," ucap Elian, menatap Rendi dan yang lain. "Tapi melihat kalian... rasanya seperti diberi kesempatan kedua."
Layla tersenyum padanya, dan Elian terpaku sesaat. Tatapan itu... menghangatkan, dan menyakitkan sekaligus.
Karena sejak pertama melihat Layla, hatinya berdetak dengan cara yang tak lagi bisa ia kontrol.
Tapi ia sadar.
Di antara Layla dan Rendi... ada sesuatu.
Namun Elian memilih diam.
Ia hanya mengamati dari jauh. Membantu. Memberikan strategi. Melindungi.
Dan dalam diamnya...
Perasaan itu tumbuh.
> [Catatan Sistem Rahasia – Elian]
Status: ???
Emosi Dominan: Kekaguman | Iri | Hasrat Tersembunyi
Menyimpan sesuatu yang belum ia tunjukkan—kepada siapapun.
---
Di akhir bab, Rendi dan Elian berdiri bersama mengawasi Layla yang tertidur di bawah pohon.
"Kau sangat peduli padanya," ucap Elian.
Rendi mengangguk pelan. "Lebih dari apapun di dunia ini."
Elian tersenyum... samar.
Dan di dalam hatinya, sebuah suara bergema.
"Lalu... apakah kau pantas memilikinya?"