Cherreads

Chapter 17 - Bab 17: Ketegangan yang Tak Terucapkan

Perjalanan mereka melalui reruntuhan sistem kuno berlangsung lebih lama dari yang mereka harapkan. Mereka melewati lorong-lorong gelap yang penuh dengan jebakan dan makhluk sistem yang tersembunyi, namun di setiap langkah, Elian semakin terlihat nyaman bersama mereka. Keahliannya dalam mengatasi jebakan dan merencanakan taktik membuatnya menjadi aset yang tak terduga.

Namun, meskipun Elian membantu mereka melewati setiap rintangan, ada sesuatu yang mulai terasa berbeda—terutama bagi Layla. Dia sering kali menangkap tatapan-tatapan Elian yang lebih lama dari yang seharusnya, dan meskipun dia berusaha untuk tidak memikirkannya, perasaan itu tetap mengganggu.

Suatu malam, ketika mereka beristirahat di luar reruntuhan, Layla memutuskan untuk berbicara dengan Elian. Mereka duduk di dekat api unggun, api yang menciptakan bayangan lembut di wajah mereka.

"Apa yang sebenarnya kau cari di sini, Elian?" tanya Layla, memecah keheningan.

Elian menatap api, matanya sedikit redup. "Aku mencari cara untuk menghentikan sistem ini. Aku tidak ingin ada orang lain yang terjebak seperti aku."

Layla mengangguk, matanya bersinar dengan harapan. "Aku juga. Tapi kadang, rasanya... seperti kita berlari ke arah yang nggak kita mengerti."

"Elian..." Layla melanjutkan, kali ini dengan suara yang lebih lembut, "apa yang terjadi denganmu dan kelompokmu? Kenapa mereka dimusnahkan?"

Elian menghela napas dalam-dalam, namun tak menjawab langsung. "Itu cerita lama... dan sejujurnya, aku lebih suka melupakan. Tapi saat aku melihat kalian, aku tahu... kalian punya kesempatan lebih besar untuk mengalahkan sistem ini."

Tiba-tiba, suasana menjadi lebih tenang dari sebelumnya. Layla memandang Elian, matanya menyelidik, namun Elian tak menatap balik—dia malah menundukkan kepalanya.

Layla mulai merasakan ketegangan yang belum pernah ada sebelumnya.

Rendi yang duduk di dekat mereka, memandang keduanya tanpa berkata-kata. Dia merasa ada sesuatu yang tak beres antara mereka, tapi memilih untuk diam. Mungkin, hanya perasaannya saja. Atau mungkin, ia terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri tentang masa depan.

Namun, setelah beberapa saat, Layla beranjak dan kembali menuju tenda mereka.

Elian tetap duduk di dekat api, seolah tak tahu apa yang baru saja terjadi. Tapi di dalam hatinya, ada perasaan yang mulai semakin sulit dikendalikan.

> [Notifikasi Sistem: Emosi Tidak Terkendali – Elian]

Koneksi tidak stabil dengan Tim: Potensi Gangguan Keseimbangan Jiwa

Esok pagi, mereka melanjutkan perjalanan menuju bagian terdalam reruntuhan. Dan meskipun mereka berjuang bersama, Elian merasa jarak emosional yang tak terucapkan mulai tumbuh di antara mereka bertiga.

Rendi tidak tahu harus berpikir apa. Hatinya berat, tapi Layla tampaknya tidak mempedulikan semuanya, atau setidaknya, tidak menunjukkan apa-apa. Arkana, yang selalu waspada, mulai memperhatikan perubahan di antara mereka, tetapi memilih untuk diam.

Namun satu hal yang jelas—di tengah perjalanan ini, ketegangan itu tak bisa dihindari lagi.

---

Malam itu, setelah berhari-hari bertarung melawan sistem kuno, mereka akhirnya mencapai pusat reruntuhan. Di sana, mereka menemukan sesuatu yang lebih mengerikan daripada yang pernah mereka bayangkan—ruangan besar dengan layar besar yang menampilkan angka dan data yang terus berubah. Di tengah ruangan, sebuah pedestal besar berdiri, dipenuhi energi aneh.

"Ini..." bisik Layla, mendekat ke pedestal. "Sumber kekuatan Raka."

Rendi mengangguk, namun rasa cemasnya makin menguat. "Kita harus hati-hati. Ini bisa jadi jebakan."

Elian berdiri lebih dekat kepada Layla, matanya fokus pada pedestal, tapi perasaan lain bergejolak dalam dirinya. Hatinya ingin berbicara—mengungkapkan perasaan yang selama ini dia pendam untuk Layla.

Namun, dia tahu, hal itu bisa merusak apa yang sudah mereka bangun.

Dan di saat-saat penuh ketegangan ini, satu pertanyaan besar menggelayuti benaknya.

Apakah Layla akan melihatnya, bukan sebagai sekutu, tapi sebagai seseorang yang bisa diandalkan?

More Chapters