Keesokan harinya, Angga dihubungi oleh Devana melalui chat. "Angga, bisakah kamu datang ke lapangan?" "Iya, aku bisa. Ada apa, ya?" "Datang saja, nanti aku kasih tahu." "Oke."
Angga merasa penasaran dan sedikit khawatir, seolah-olah Devana ingin mengajak putus. Namun, setelah Angga tiba di lapangan, Devana menyambutnya dengan senyum manis dan memberikan coklat sebagai hadiah.
"Ini untukku?" tanya Angga dengan tak percaya. "Iya, ambil saja," jawab Devana.
Angga merasa bahagia dan lega karena Devana memberikan hadiah coklat. Mereka kemudian menghabiskan waktu bersama, memakan coklat dan mengobrol.
Mereka sudah hampir dua minggu pacaran. Devana mengajak Angga pulang bersama, dan mereka mengobrol sambil berjalan pulang ke rumah masing-masing.
Keesokan harinya, ada murid baru di kelas Angga, seorang siswi cewek bernama Anaya. Anaya ternyata teman masa kecil Angga.
Setelah jam istirahat, Angga bertemu dengan Kayla, yang menanyakan tentang hubungan Angga dengan Devana. Kayla juga mengingatkan Angga bahwa Devana akan berulang tahun tiga hari lagi.
"Angga, apakah kamu tahu bahwa Devana akan berulang tahun tiga hari lagi?" tanya Kayla dengan nada yang serius.
"Aku tidak tahu," jawab Angga dengan sedikit panik.
"APAKAH KAMU SERIUS BERSAMA DEVANA?" tanya Kayla dengan nada yang lebih serius.
"Iya, aku serius," jawab Angga dengan yakin.
Kayla kemudian pergi meninggalkan Angga, meninggalkan Angga dengan pikiran tentang ulang tahun Devana.
Angga kemudian bertemu dengan Devana dan mengajaknya jalan-jalan pada hari Minggu, yang ternyata bertepatan dengan ulang tahun Devana. Devana setuju, dan mereka berencana untuk menghabiskan waktu bersama.
"Eh Dev, besok Minggu kosong gak?" tanya Angga dengan nada yang santai.
"Iya kosong, ada apa emang?" jawab Devana dengan nada yang sama.
"Enggak cuma nanya doang," jawab Angga dengan senyum.
"Ouh," jawab Devana dengan nada yang lucu.
"Eh nanti hari Minggu kita jalan yok," ajak Angga dengan nada yang antusias.
"Hmm, boleh aja sih," jawab Devana dengan senyum.
"Oke," jawab Angga dengan nada yang bahagia.
Namun, tiba-tiba Anaya muncul dan menghampiri Angga serta Devana. "Angga, aku dengar kamu dan Devana akan jalan-jalan pada hari Minggu?" tanya Anaya dengan nada yang curiga.
"Iya, benar," jawab Angga dengan sedikit takut.
"Aku tidak ingin kamu menghabiskan waktu dengan Devana," kata Anaya dengan nada yang dingin.
Angga merasa terkejut dan tidak mengerti apa yang sedang terjadi. "Apa maksudmu?" tanya Angga dengan nada yang penasaran.
"Tidak ada apa-apa," jawab Anaya dengan nada yang dingin sebelum pergi meninggalkan Angga dan Devana.
Angga merasa tidak nyaman dan khawatir tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.
Anaya melangkah pergi meninggalkan Angga dan Devana, meninggalkan kesan yang tidak nyaman di antara mereka. Angga merasa bingung dan penasaran tentang apa yang sebenarnya terjadi.
"Apa yang salah dengan Anaya?" tanya Devana dengan nada yang penasaran.
"Aku tidak tahu," jawab Angga dengan sedikit khawatir. "Tapi sepertinya dia tidak suka kita bersama."
Devana tersenyum dan memegang tangan Angga. "Tidak apa-apa, kita tidak perlu memikirkan tentang Anaya sekarang. Yang penting adalah kita dan hubungan kita."
Angga merasa sedikit lebih baik setelah mendengar kata-kata Devana. Namun, dia tidak bisa menghilangkan perasaan bahwa Anaya akan menjadi masalah di kemudian hari.
Hari Minggu tiba, dan Angga serta Devana bersiap untuk menghabiskan waktu bersama. Namun, saat mereka akan pergi, Anaya muncul kembali dan menghampiri mereka.
"Angga, aku serius. Jangan habiskan waktu dengan Devana lagi," kata Anaya dengan nada yang tegas.
Angga merasa terkejut dan tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. "Apa yang salah denganmu, Anaya?" tanya Angga dengan nada yang penasaran.
Anaya tidak menjawab dan hanya menatap Angga dengan mata yang cemburu. Devana merasa tidak nyaman dan memegang tangan Angga lebih erat.
"Ayo kita pergi," kata Devana dengan nada yang lembut.
Angga dan Devana pergi meninggalkan Anaya, yang masih menatap mereka dengan mata yang cemburu.