Cherreads

Shadow Crown: Reinkarnasi Raja Iblis

Aethoria_flame
14
chs / week
The average realized release rate over the past 30 days is 14 chs / week.
--
NOT RATINGS
80
Views
Synopsis
Azarviel the Endbringer—Raja Iblis legendaris yang mengguncang dunia, ditakuti dewa dan manusia—menyimpan luka terdalam yang tak terlihat: kesepian abadi. Keabadian dan kekuatan absolut tak mampu menggantikan satu hal yang ia rindukan… kebersamaan. Di ujung keputusasaan, Azarviel mempelajari sihir terlarang: reinkarnasi. Ia tak ingin lagi menjadi simbol kegelapan. Ia hanya ingin hidup sebagai manusia biasa… seseorang yang bisa tertawa, bersahabat, dan bebas dari beban masa lalu. Keajaiban pun terjadi. Ia terlahir kembali sebagai Lyrien, remaja biasa yang kini menjadi murid di Akademi Sihir Arcana—tempat berkumpulnya para penyihir muda berbakat dari seluruh penjuru dunia. Kali ini, Lyrien bertekad untuk menjalani hidup normal, menyembunyikan kekuatan lamanya, dan mencari arti persahabatan sejati. Namun, takdir tidak semudah itu. Bayang-bayang masa lalu, kekuatan yang lebih besar dari sebelumnya, dan misteri yang mengancam dunia mulai bangkit kembali. Mampukah Lyrien benar-benar hidup sebagai "manusia biasa"? Ataukah takdir akan menyeretnya kembali menjadi legenda yang tak bisa ia hindari…? ENGLISH: Azarviel the Endbringer—an immortal Demon King feared by gods and men—harbored a regret deeper than the abyss: eternal loneliness. His absolute power and immortality became a curse, isolating him from the world he once conquered. In a final act of desperation, he turned to forbidden magic: reincarnation. Not to rule again, but to live… as an ordinary human. Someone who could laugh, make friends, and feel alive again. That miracle came true. Reborn as a young boy named Lyrien, he now attends Arcana Academy, a prestigious school for the most gifted young mages across the continent. This time, Lyrien is determined to live a normal life—hiding his past and never using his terrifying power. But fate has other plans. Shadows from his past resurface, his strength continues to grow, and the world begins to stir once more. Can Lyrien truly escape his legacy? Or will he be forced to become the legend… once again?
VIEW MORE

Chapter 1 - BAB 1: RAJA YANG TERLUPAKAN

Di puncak menara hitam yang menjulang menembus langit kelam, seorang pria berdiri dalam kesunyian abadi. Di bawahnya, dunia telah lama tunduk. Negeri-negeri musnah. Para pahlawan tiada. Dewa-dewa pun memilih diam.

Dialah Azarviel, Sang Penutup Zaman—Raja Iblis terkuat yang pernah dikenal sejarah.

Namun tak ada tawa. Tak ada sorak kemenangan. Hanya keheningan menusuk dan kekosongan yang menyelimuti jiwanya.

“Apa gunanya kekuatan... jika tak ada satu pun yang memanggil namaku dengan senyuman?” gumamnya lirih, menatap kehampaan di kejauhan.

Selama berabad-abad, Azarviel hidup sebagai makhluk tertinggi. Tak terkalahkan, tak tersentuh. Tapi justru itulah kutukannya. Tak seorang pun mendekat. Tak ada yang memanggilnya teman. Tak ada yang melihat dirinya sebagai manusia… hanya sebagai monster.

Ia telah mencoba segalanya. Memberi ampunan. Menolong yang lemah. Tapi ketakutan tak pernah pudar dari mata mereka.

Dan kini, ia berdiri di hadapan sebuah altar kuno, membuka buku terlarang yang dicuri dari Perpustakaan Dewa.

Sihir Reinkarnasi—terlarang, tak stabil, dan penuh risiko.

Namun apa lagi yang bisa ia pertaruhkan… jika bukan dirinya sendiri?

Tangannya membentuk lingkaran sihir kompleks, sementara sihir gelap dan cahaya saling bertabrakan di sekeliling tubuhnya.

“Satu kesempatan lagi… bukan untuk menguasai dunia. Tapi untuk… hidup.”

Ia menutup matanya.

“Aku ingin berteman…”

Cahaya menyilaukan membungkus tubuhnya. Dunia seakan pecah.

Dan kemudian—keheningan.

---

Bab 1 — Lyrien si Biasa

“Oi, Lyrien! Kau tidur lagi saat pelajaran teori elemen!”

Seseorang menepuk keras kepala putihnya. Lyrien membuka mata pelan, menatap gadis berambut merah yang berdiri di sebelahnya dengan cemberut.

“Hehe… kebiasaan burukku kambuh lagi ya, Elen…” jawabnya sambil menggaruk kepala, menampilkan senyum cerah.

Sudah dua bulan sejak ia terlahir kembali sebagai Lyrien, siswa baru di Akademi Sihir Eldoria—akademi sihir paling bergengsi di benua Arkenwald.

Dulu ia adalah Raja Iblis. Kini, hanya murid pemalas dengan senyum cerah dan reputasi “tak bisa sihir.”

Tak ada yang tahu kekuatan sejatinya masih bersarang di dalam tubuh barunya.

Bahkan, lebih kuat dari sebelumnya.

Ia bisa menghapus seluruh akademi dari peta hanya dengan mengedipkan mata. Tapi ia tak ingin itu. Tak ingin takut lagi. Tak ingin sendiri lagi.

“Aku adalah Lyrien,” bisiknya setiap malam sebelum tidur. “Aku bukan Raja Iblis lagi. Aku… hanya ingin hidup sebagai murid biasa. Dan… punya teman.”

Di balik senyumnya yang riang, di balik tingkahnya yang malas dan suka bercanda, ia menyimpan tekad yang kuat:

Jangan gunakan kekuatan. Jangan terlihat mencolok. Jangan ulangi kesalahan masa lalu.

Namun takdir selalu punya cara kejam untuk menguji niat baik...

---

Ruang kelas 1-B bersisikkan deretan bangku yang penuh oleh siswa berbakat dari seluruh penjuru benua. Di depan kelas, berdiri seorang pria paruh baya dengan jubah panjang bergelombang dan tatapan tajam—Profesor Kaelus, wali kelas mereka.

“Perhatian, murid-murid!” serunya. “Sebagai bagian dari pelatihan pertengahan semester, kalian semua akan menjalani misi penelusuran dungeon tingkat menengah.”

Ruangan langsung ramai. Beberapa murid bersorak antusias, yang lain menahan gugup. Tapi Lyrien hanya tersenyum sambil menopang dagunya di meja.

"Dungeon, ya… "pikirnya. Sudah lama aku tak mendengar kata itu.

“Tim dibagi dua orang. Kalian akan menjelajah Dungeon Blackvale Hollows selama dua hari satu malam. Tugas kalian sederhana: jelajahi lantai dua dungeon, kumpulkan kristal sihir, dan… tetap hidup.”

Suasana langsung tegang.

Kaelus melanjutkan sambil mengeluarkan gulungan kertas. “Tim sudah ditentukan acak oleh sistem sihir akademi. Lyrien akan berpasangan dengan…”

Semua mata melirik ke arahnya.

“…Elen Verdantia.”

“Hah!?” Elen menatap tajam ke arah Lyrien. “Kenapa harus aku!?”

“Wah, kita satu tim, Elen! Takdir memang lucu ya.” Lyrien tersenyum riang, walau dalam hatinya ia sedikit waspada.

Elen menghela napas panjang. “Jangan jadi beban, Lyrien.”

“Aku janji... aku akan jadi beban yang menyenangkan,” balasnya enteng.

---

Dua hari kemudian, tim-tim murid berdiri di mulut gua raksasa yang diselimuti kabut hitam dan aroma lembap. Blackvale Hollows bukan dungeon biasa. Meski tingkat menengah, reputasinya kelam karena fluktuasi sihir liar di dalamnya.

“Jangan sampai terpisah,” peringatan Kaelus bergema di kepala mereka. “Dan jangan bertindak ceroboh.”

Lyrien dan Elen melangkah masuk, obor sihir di tangan Elen menyala biru lembut, menerangi lorong berbatu dan dinding yang mengelupas.

Setelah satu jam menjelajah, mereka menemukan lorong bercabang.

“Ke kanan,” kata Elen mantap.

“Kenapa bukan kiri? Katanya kalau mau bahagia harus pilih jalan yang benar, bukan jalan yang... kanan?” Lyrien melontarkan lelucon receh, mencoba mencairkan suasana.

Elen menatapnya, tak tersenyum. “Fokus, Lyrien. Ini bukan permainan.”

Tapi sebelum mereka melangkah lebih jauh—GGRRRAAAAHHHH!!

Dinding sebelah kiri runtuh. Debu mengepul. Dan dari dalam kegelapan, muncul seekor monster tingkat tinggi—Shadowmaw Behemoth, makhluk yang seharusnya tidak berada di dungeon kelas menengah.

“Elen! Mundur!” Lyrien menarik tubuh gadis itu, menghindar dari cakar hitam yang menyapu udara.

“Ini… ini monster peringkat A! Kenapa bisa ada di sini?!”

Elen mencoba membentuk lingkaran sihir, tapi tangannya gemetar. Monster itu mendekat, napasnya dingin, aura hitamnya menekan.

“Lyrien… lari…” gumam Elen.

Lyrien berdiri di depannya, menatap sang monster yang perlahan mengangkat cakar tajamnya.

Ia menggenggam tangan Elen dan mendorongnya perlahan ke belakang. Tatapannya berubah dingin. Udara di sekelilingnya mulai bergetar.

“…aku memang ingin menjadi lemah…”

Tangannya terangkat. Dunia sejenak membeku.

“…Tapi tidak jika kau menyakiti teman berhargaku.”

BOOM.

Tanpa mantra. Tanpa lingkaran sihir. Hanya sebuah tatapan.

Monster itu hancur berkeping-keping, menghilang dalam pusaran kabut hitam.

Elen jatuh terduduk. Matanya membelalak melihat kehancuran total dalam sekejap—dan sosok Lyrien yang berdiri tenang, disinari cahaya biru dari obor yang jatuh di tanah.

Lyrien berbalik, mengulurkan tangan dan tersenyum seperti tak terjadi apa-apa.

“Ayo bangun, partner dungeon-ku. Masih banyak kristal yang harus kita kumpulkan.”

---

Bersambung.......