Cherreads

Chapter 20 - Bab 20 — Tahun Baru, Studio Baru, dan Langkah Besar Milim

Bab 20 — Tahun Baru, Studio Baru, dan Langkah Besar Milim

Tahun baru 2018 menjadi momen penting dalam hidup Milim.

Tidak hanya merayakannya bersama teman-teman dekat seperti Celine dan Rei —yang hubungan mereka semakin dekat dan mulai menunjukkan tanda-tanda menjadi pasangan resmi— Milim juga membuat keputusan besar untuk masa depan kariernya.

Setelah berdiskusi panjang dengan manajer dan beberapa rekan tepercaya, Milim memutuskan mendirikan kantor/studio resminya di Los Angeles. Ia membeli sebuah gedung 4 lantai di pusat kota yang cukup strategis, rencananya akan digunakan sebagai:

Lantai 1: Area lobby, penerimaan tamu, ruang santai.

Lantai 2: Studio rekaman untuk konten YouTube (gaming, vlog, podcast).

Lantai 3: Ruang meeting, editing, ruang kerja staf kreatif.

Lantai 4: Studio khusus livestreaming dan ruang pribadi Milim.

Untuk mengelola semua ini, Milim mulai merekrut 5 orang tambahan:

3 orang staf kebersihan (untuk menjaga kebersihan harian gedung)

1 orang chef pribadi (untuk menyiapkan makanan sehat setiap hari)

1 orang Kepala Operasional (sebagai kapten tim, mengatur semua jadwal dan koordinasi antar-divisi)

Dengan tambahan ini, total karyawan Milim kini menjadi 18 orang, mencakup editor, manajer, desainer, hingga staf produksi.

Selain itu, Milim juga mempekerjakan sopir pribadi — seorang pria asal Indonesia bernama Pak Feri Kusmiati, yang kini akrab dipanggil oleh Milim dengan sebutan "Pak Feri" dalam bahasa Inggris.

Milim sendiri sedikit bisa berbahasa Indonesia dan Spanyol, berkat waktu luangnya yang sering diisi dengan belajar bahasa baru untuk memperluas wawasan dan mempermudah komunikasi dengan fans internasional.

Sebagai hadiah untuk dirinya sendiri atas semua kerja kerasnya, Milim juga membeli sebuah mobil sport impian:

Porsche GTR Ultima — mobil cepat, mewah, dan sangat cocok dengan kepribadiannya yang ceria dan penuh energi.

Tak hanya berhenti di situ, Milim pun mulai berpikir tentang masa depan keuangan pribadinya.

Ia mengenal seorang teman yang cukup ahli dalam dunia cryptocurrency, dan setelah banyak belajar di sela-sela waktu senggang, Milim memutuskan untuk menginvestasikan 50.000 USD ke dalam Bitcoin.

Saat itu, dengan harga Bitcoin sekitar 12.500 USD per koin, Milim berhasil memiliki sekitar 4 Bitcoin.

Meskipun masih belajar, Milim merasa bersemangat karena menemukan dunia baru yang menarik, penuh tantangan, dan berpotensi memberikan keuntungan besar di masa depan.

Tahun baru ini benar-benar menjadi babak baru dalam hidup Milim: bukan hanya sebagai YouTuber sukses, tapi juga sebagai pengusaha muda yang berani melangkah lebih jauh.

---

Ruangan kantor Milim di Los Angeles tampak sederhana tapi nyaman.

Sebuah meja kerja, dua kursi, dan suasana santai namun tetap profesional.

Pak Feri, pria paruh baya yang berpenampilan rapi, duduk dengan tenang di hadapan Milim.

Milim membuka interview dengan senyum cerah.

> Milim (dalam bahasa Inggris):

"Hello! Nice to meet you, Mister... Feri Kusmiati, right?"

> Pak Feri (sopan, dalam bahasa Inggris yang sedikit kaku):

"Yes, Miss Milim. Please call me Pak Feri."

Milim tertawa kecil, merasa nyaman dengan panggilannya.

> Milim (penasaran):

"Pak means Mister, right? In Indonesian?"

> Pak Feri:

"Yes! 'Pak' is like Mister."

> Milim (senang):

"Cool! I want to learn Indonesian too. Maybe you can teach me?"

Pak Feri tersenyum ramah.

> Pak Feri:

"Of course, Miss Milim. I will help you."

Milim kemudian mengangkat selembar kertas pertanyaan, mencoba berbicara dalam bahasa Indonesia.

> Milim (berusaha keras):

"Bapak... bisa... menyetir... mobil cepat?"

Pak Feri tersenyum mendengar usahanya.

> Pak Feri:

"Bisa, Miss Milim. Saya biasa bawa mobil cepat."

Milim mengangguk puas, lalu berkata dengan antusias.

> Milim:

"I have three cars now!

First, Porsche GTR Ultima — super fast!

Second, Mercedes-Benz S-Class — for business.

Third, Lamborghini Huracan — for fun!"

Pak Feri mengangguk, memahami tantangan pekerjaannya ke depan.

> Pak Feri (tersenyum):

"I can drive all, Miss Milim."

Milim menatapnya dengan gaya dramatis sambil bercanda.

> Milim (bercanda):

"You are now... the captain of my cars!"

Pak Feri tertawa kecil.

> Pak Feri:

"Thank you, Miss. I will do my best."

Milim lalu menjulurkan tangan untuk berjabat tangan.

> Milim:

"Deal! Welcome to my little family, Pak Feri."

Mereka berjabat tangan dengan hangat.

Pak Feri resmi bergabung sebagai sopir pribadi Milim — sekaligus calon guru Bahasa Indonesia sambilan untuk bos mudanya yang ceria ini.

---

Catatan Mobil Milim saat ini:

Porsche GTR Ultima (mobil sport super cepat)

Mercedes-Benz S-Class (mobil mewah untuk bisnis)

Lamborghini Huracan (mobil sport fun and stylish)

Adegan: Belajar Bahasa Indonesia, Teman Dunia Nyata, dan Izin Party

Sore itu, Milim sedang duduk santai di kursi penumpang Lamborghini Huracan-nya.

Pak Feri, supir pribadi asal Indonesia, mengemudi dengan tenang di jalanan Los Angeles yang mulai padat.

Milim membuka buku catatan kecil dari tasnya, penuh dengan tulisan bahasa Indonesia.

> Milim (ceria):

"Pak Feri, ayo belajar bahasa Indonesia lagi!"

> Pak Feri (tersenyum di kaca spion):

"Boleh, Miss Milim. Mau belajar apa hari ini?"

Milim membaca perlahan.

> Milim:

"Apa kabar?"

> Pak Feri:

"Wah, bagus sekali! 'Apa kabar' itu artinya 'How are you?'."

> Milim (bangga):

"Apa kabar, Pak Feri!"

> Pak Feri (tertawa kecil):

"Kabar baik, Miss Milim."

Mereka tertawa bersama, membuat suasana mobil menjadi hangat.

Tiba-tiba, ponsel Milim bergetar.

Ada pesan dari Samantha, Leo, dan Carlos — teman dekat Milim yang dikenalnya sebelum ia menjadi YouTuber besar.

Mereka mengajak Milim untuk bergabung ke pesta kecil di sebuah club malam favorit mereka.

Milim membaca pesan itu dengan mata berbinar.

> Milim:

"Pak Feri! Teman-teman aku ngajak ke club malam! Aku mau izin dulu ke Arvid!"

Milim segera menelepon Arvid, manajernya.

> Milim (bersemangat):

"Arvid! Aku diajak Sam, Leo, sama Carlos keluar malam ini! Boleh kan?"

> Arvid (dengan suara serius):

"Milim... kamu tahu aku khawatir kalau kamu keluar malam."

> Milim (memohon manja):

"Aku janji! Aku cuma ketemu mereka, no weird stuff! Aku bakal kabarin terus!"

Ada jeda sebentar.

> Arvid (akhirnya mengalah):

"Oke. Tapi pulang sebelum jam dua pagi. Bawa Pak Feri, dan update lokasimu."

> Milim (bersorak pelan):

"Yay! Terima kasih Arvid!"

Setelah menutup telepon, Milim bertepuk tangan kecil di dalam mobil.

> Pak Feri (tersenyum):

"Kalau pesta dalam bahasa Indonesia itu 'pesta', Miss."

> Milim (menirukan dengan riang):

"'Pesta!' Aku mau pesta sama teman-teman!"

Pak Feri tertawa sambil membelokkan mobil ke arah tujuan.

Milim terus mengulang-ulang kata barunya, bersemangat belajar, meskipun pikirannya sudah membayangkan betapa serunya malam itu bersama teman dunia nyatanya yang selalu mendukungnya dari awal.

---

Adegan Revisi: Interaksi Milim dengan DJ dan Owner Ricardo

Saat Milim menikmati musik dan suasana party, seorang DJ wanita muda turun sebentar dari booth. Dengan wajah berbinar, ia mendekati Milim yang duduk santai di area VIP.

> DJ (dengan semangat dan sedikit berteriak karena musik keras):

"Milim! OMG, aku ngefans banget sama kamu! Aku nonton semua konten kamu, terutama yang tentang gaming!"

Milim, walau sudah sedikit mabuk, matanya bersinar mendengar itu. Ia bangkit sedikit dari sofa, lalu dengan senyum lebar dan gaya lucu, menunjuk ke DJ.

> Milim (agak cerewet karena mabuk):

"Kamu keren... musik kamu... very good! Good! Let's play someday... gaming... yaa!"

DJ itu tertawa geli, merasa sangat tersanjung. Ia langsung memeluk Milim sebentar sebelum kembali ke booth dengan wajah bahagia.

Tidak lama setelah itu, owner club, Ricardo, menghampiri Milim. Ia berniat mengajak kerja sama, namun segera sadar Milim sudah terlalu santai untuk berbicara serius.

Pipinya merah, dan ia tersenyum-senyum pada semua orang di sekitarnya.

Ricardo, tetap menjaga sikap profesional, akhirnya berbicara dengan Pak Feri yang berdiri di dekat Milim.

> Ricardo (dengan nada sopan kepada Pak Feri):

"Good evening, Sir. I realize Miss Milim is having a good time. Here's my card, for a potential collaboration. Kindly give it to her when she's available."

Pak Feri menerima kartu nama itu dengan sopan.

> Pak Feri (membungkuk sedikit):

"I will deliver it, Sir. Thank you very much."

Ricardo tersenyum, lalu mundur perlahan, memberi ruang agar Milim tetap menikmati malamnya.

Sementara itu, Milim melihat sekilas kartu yang dipegang Pak Feri.

> Milim (berusaha fokus, sambil tertawa kecil):

"Pak Feri... itu... kartu undian ya? Hihihi..."

> Pak Feri (tertawa pelan):

"Bukan, itu kartu kerjaan, Nona. Nanti kita baca lagi, ya."

Milim mengangguk-angguk pelan, lalu kembali fokus ke minumannya.

Di sisi lain, beberapa waiter yang melayani Milim malam itu terlihat senang sekali karena Milim dengan murah hati memberikan tip besar. Ia bahkan sambil bercanda menunjuk salah satu waiter.

> Milim (tertawa kecil):

"You good! Very good service! 100 points! Hihihi."

Waiter itu menunduk berterima kasih, wajahnya berseri-seri.

Sementara itu, suasana di club semakin panas.

Leo dan Carlos sibuk memperkenalkan Milim kepada beberapa wanita cantik yang mereka bawa, sementara beberapa pria lain di club hanya bisa memandang dengan iri —

karena kecantikan Milim benar-benar mencuri perhatian siapa pun di ruangan itu.

---

Adegan: Milim Mabuk Rusuh dan Dibimbing Pulang oleh Pak Feri

Seiring berjalannya waktu, alkohol yang diminum Milim benar-benar mulai menunjukkan efeknya.

Matanya setengah terpejam, langkahnya goyah, dan ia mulai bertingkah aneh.

Di tengah keramaian, Milim tiba-tiba menunjuk seorang wanita asing yang sedang tertawa-tawa bersama teman-temannya di sudut ruangan.

> Milim (dengan nada tinggi dan cadel karena mabuk):

"Hei... kamu!! Jangan ganggu Arvid-ku!! Aku tahu kamu suka dia!!"

Semua orang di sekitar itu langsung menoleh kaget.

Wanita yang dituduh hanya bisa bengong, sementara teman-temannya tertawa terkejut.

> Wanita (bingung):

"Hah? Siapa Arvid?!"

Milim maju setengah berlari, hampir saja ingin menarik tangan wanita itu.

Situasi mulai tegang. Beberapa pria dan waiter mulai bersiap berjaga, takut terjadi keributan.

Namun tepat sebelum situasi memburuk, Pak Feri dengan refleks cepat bergerak.

> Pak Feri (dengan suara tegas dan santun):

"Maaf ya, Nona ini sedikit mabuk. Ayo, Nona Milim, kita pulang. Sekarang."

Pak Feri memegang bahu Milim dengan kokoh namun lembut, membimbingnya menjauh dari kerumunan.

Milim masih mencoba menunjuk-nunjuk ke arah wanita tadi, sambil bergumam tidak jelas.

> Milim (masih berontak sedikit, suara kecil):

"Arvid-ku... dia... diambil..."

> Pak Feri (dengan sabar):

"Tenang, Arvid tidak ada di sini. Kita pulang, ya. Arvid pasti senang kalau kamu istirahat."

Milim akhirnya mulai pasrah, kepalanya bersandar ke lengan Pak Feri.

Dengan cepat, Pak Feri membawa Milim ke parkiran, di mana Porsche GTR Ultima Milim sudah siap.

Beberapa waiter yang tadi menerima tip besar bahkan sempat melambaikan tangan dengan senyum geli.

> Waiter (berbisik ke temannya):

"Lucu banget, bos kecil itu mabuk..."

Di dalam mobil, Milim bersandar di kursi penumpang dengan pipi memerah.

> Milim (mengoceh setengah sadar):

"Pak Feri... aku mau belajar... Bahasa Indonesia... hiks... Arvid... jangan pergi..."

> Pak Feri (tertawa pelan sambil fokus mengemudi):

"Iya, iya, nanti kita belajar. Sekarang tidur dulu, Nona."

Mobil pun meluncur dengan mulus melewati jalanan Los Angeles malam itu, membawa Milim yang setengah tertidur dengan bibir masih komat-kamit menyebut nama Arvid.

---

Adegan: Milim Tiba di Rumah Setelah Malam yang Panjang

Mobil Porsche GTR Ultima akhirnya berhenti di halaman rumah mewah yang tenang. Pak Feri membuka pintu mobil dan melangkah ke sisi lain untuk membantu Milim keluar. Milim, yang masih mabuk, terhuyung-huyung sedikit dan hampir terjatuh saat keluar dari mobil.

> Pak Feri (membimbing Milim dengan lembut):

"Hati-hati, Nona Milim, kita sudah sampai di rumah."

Milim mengangguk, namun terlihat bingung. Ia melirik rumah besar itu, seakan-akan sedang mencari tahu di mana dia berada.

> Milim (dengan suara pelan dan agak bingung):

"Ini... rumah siapa? Apa aku... baru beli rumah ini? Aku… lupa."

Pak Feri tertawa pelan, mencoba menenangkan Milim yang sedang kebingungan.

> Pak Feri (dengan senyum sabar):

"Ini rumah Anda, Nona Milim. Jangan khawatir, saya di sini untuk membantu."

Milim mengerjapkan mata dan tiba-tiba tersenyum lebar, meskipun masih sedikit goyah.

> Milim (berbicara ceria):

"Oh, iya! Rumahku! Aku punya rumah! Wah, keren banget... Lihat deh! Ada banyak kamar dan… jendela! Bisa lihat bintang!"

Pak Feri tertawa ringan. Dia membantu Milim berjalan menuju pintu depan. Saat mereka masuk ke dalam rumah, Pak Feri menuntun Milim menuju ruang tamu yang terang dan luas. Milim terus berbicara tanpa henti, seolah-olah ingin berbagi seluruh pikirannya yang meluncur bebas karena mabuk.

> Milim (tertawa kegirangan, sambil memandang sekeliling):

"Oh wow, rumah ini besar banget! Aku jadi merasa kaya banget... Eh, tunggu, kenapa aku merasa kaya... Apa aku menang lotre?"

Pak Feri menghela napas sambil tertawa ringan.

> Pak Feri (dengan nada sabar):

"Iya, Nona. Kamu sangat kaya. Sekarang, ayo kita istirahat dulu."

Milim melirik sekitar dan melihat Pembantu Perempuan yang sedang menyapu lantai. Pembantu itu adalah Jin Ae, seorang wanita berusia 23 tahun yang berasal dari Korea-Amerika. Milim, yang masih sedikit bingung, melambaikan tangan ke arah Jin Ae dengan ceria.

> Milim (melambaikan tangan dengan ceria):

"Hai! Kamu... yang lagi nyapu, aku... aku kaya, jadi nanti aku beli kamu mobil baru!"

Jin Ae tersenyum canggung, sedikit bingung dengan ucapan Milim yang ceria namun kebingungan.

> Jin Ae (dengan senyum ramah):

"Terima kasih, Nona Milim. Apakah Nona ingin istirahat dulu?"

> Milim (berpikir keras, kemudian mengangguk dengan serius):

"Iya! Tidur itu penting! Aku butuh tidur... Cuma... nanti aku tidur di sini atau di ruang tamu? Ruang tamu kayaknya lebih nyaman... tapi kasur juga enak... Ahhh, bingung!"

Pak Feri menggelengkan kepala dengan senyuman sabar.

> Pak Feri (menenangkan):

"Ayo, Nona. Mari ke kamar Anda. Kasur lebih nyaman untuk tidur."

Dengan sedikit goyah, Milim mengikuti Pak Feri ke kamar tidurnya. Namun, sesampainya di pintu kamar, Milim tiba-tiba berhenti dan melirik Pak Feri dengan mata setengah terpejam.

> Milim (dengan suara pelan, bingung):

"Pak Feri... Kalau aku tidur... nanti aku mimpi jadi raja? Atau... jadi superhero? Aku ingin jadi superhero yang bisa terbang, Pak Feri. Bisa nggak?"

Pak Feri tertawa keras dan memegang bahu Milim dengan lembut, mengarahkan dia untuk berbaring di tempat tidur.

> Pak Feri (tertawa sambil menenangkan):

"Tentu, Nona Milim. Tidurlah dulu, dan semoga mimpi Anda jadi superhero."

Setelah Milim berbaring dan mulai tidur, Pak Feri menutup pintu kamar dengan hati-hati dan kembali ke ruang tamu. Di luar, dia menelepon Arvid untuk memberi kabar bahwa Milim sudah pulang dan sedang beristirahat.

---

Adegan: Diskusi Arvid, Celine, Rei, dan Beberapa Staff Tentang Masa Depan Channel Millinium Plays

Di studio yang ramai dengan beberapa staff, Arvid, Celine, dan Rei sedang duduk di meja besar, mendiskusikan masa depan channel Millinium Plays. Beberapa staff yang terlibat dalam produksi juga hadir, menambahkan ide-ide mereka tentang arah channel yang semakin berkembang.

> Arvid (dengan serius):

"Channel ini semakin besar, kita perlu merencanakan ekspansi. Untuk tahun depan, kita harus mulai melakukan kolaborasi lebih banyak dengan brand-brand besar dan kreator-kreator top. Pemasaran harus lebih agresif."

> Celine (menambahkan dengan penuh semangat):

"Ya, kita harus memperluas jangkauan, tapi juga tetap menjaga kualitas. Kalau perlu, kita harus mulai membuat konten eksklusif. Saya rasa ada pasar untuk itu."

> Rei (dengan nada lebih tenang):

"Dan kita juga bisa menjelajahi platform lain selain YouTube, seperti TikTok dan Twitch. Mereka sangat besar dan bisa menarik audiens yang berbeda."

> Staff 1 (mengangguk setuju):

"Benar, dan jangan lupa untuk lebih aktif dalam event offline, Arvid. Kita bisa jadi sponsor untuk acara gaming besar."

> Staff 2 (berpikir sejenak):

"Bagaimana kalau kita mengadakan turnamen online dengan hadiah besar? Bisa mendatangkan lebih banyak penonton."

> Arvid (mengangguk, berpikir keras):

"Turnamen online... Itu ide bagus. Kita bisa bekerjasama dengan beberapa sponsor untuk memberikan hadiah menarik. Kita juga harus berpikir tentang ekspansi internasional."

Semua orang dalam ruangan setuju dengan ide tersebut, dan pertemuan berlanjut dengan pembahasan lebih lanjut mengenai strategi pemasaran dan konten yang lebih mendalam. Arvid terlihat sangat fokus dan bersemangat, menyadari bahwa Millinium Plays punya potensi besar di masa depan.

---

More Chapters