Halaman 1-2: Prolog Dunia Lama.
Kael, remaja jenius berusia 17 tahun, terlihat di hadapan layar komputer, dikelilingi buku-buku sihir dan nota kajian. Mata lebam, tangan menggigil. Dialog dalaman:
"Kalau aku faham teori ini… aku bisa menciptakan energi yang tak terbatas…"
Tiba-tiba tubuhnya rebah—jantungnya berhenti. Dia mati kerana begadang berhari-hari tanpa rehat.
[Halaman 3: Dunia Kegelapan]
Kael terbangun dalam kekosongan gelap, disambut oleh suara misterius:
"Kau yang mencari kekuatan hingga mati... Apakah kau ingin kesempatan kedua?"
Dia tak menjawab, hanya menatap kosong.
"Baik. Maka lahirlah kembali... sebagai alat kehancuran yang baru."
[Halaman 4-5: Dunia Baru - Desa Gelap Tertinggal]
Kael terlahir semula sebagai remaja 15 tahun dalam tubuh lemah, di sebuah desa yang dikelilingi kabut dan makhluk sihir rendah. Dia bingung, dan ingatannya samar, hanya tahu namanya dan rasa haus akan kekuatan.
[Halaman 6-8: Hidup Susah & Latihan Awal]
Kael diasuh oleh seorang lelaki tua bernama Granz, bekas pemburu iblis. Granz ajarkan dia asas bertahan hidup, bela diri, dan asas tenaga bayangan.
Kael berlatih hari-hari: memotong kayu, melawan binatang sihir, belajar kawal bayangannya sendiri.
[Halaman 9-10: Mimpi Hitam & Janji Kael]
Setiap malam Kael dihantui mimpi misteri: sosok berambut putih dengan api biru, dan seorang gadis dengan mata tajam merasuki tubuh kawan lalu membunuh tanpa ragu.
Granz berkata:
"Mereka... adalah murid yang gagal. Mereka adalah bayangan dari masa lalu."
Kael genggam bayangannya dan bersumpah:
"Aku akan jadi kuat. Aku akan bunuh mereka sebelum mereka hancurkan dunia ini... atau aku."
[Penutup: Teaser Chapter 2]
Bayangan hitam pertama terbentuk di tangannya—belum stabil, tapi cukup untuk membuka jalan pada kekuatan sejatinya.
Chapter 2: Awal Latihan Kael
---
Panel 1
Latar: Sebuah desa kecil di pinggir hutan. Kael terlihat lemah, terengah-engah di tanah dengan peluh menetes.
Narasi (Kael):
"Tubuh ini... terlalu lemah. Aku tak bisa melawan mereka kalau seperti ini."
---
Panel 2
Seorang pria tua berjubah lusuh muncul, dengan tatapan tajam dan aura misterius.
Tuan Veyra:
"Kalau kau ingin membalas dendam, kau harus mati berkali-kali... secara mental."
---
Panel 3
Kael mengangkat kepala, terlihat sedikit bingung tapi termotivasi.
Kael:
"Aku tak peduli seberapa menyakitkan... ajari aku."
---
Panel 4
Latihan dimulai — Kael diserang oleh bayangan miliknya sendiri di hutan gelap. Tuan Veyra berdiri di kejauhan mengawasi.
Narasi:
"Tuan Veyra, sang pengguna ilusi dan bayangan, mulai melatih Kael untuk menguasai tubuh, pikiran, dan kegelapan."
---
Panel 5
Kilasan masa lalu Fin Daarin dan Asteca — mereka membakar sebuah desa dan meninggalkan korban di belakang.
Warga (teriak):
"Kenapa kalian lakukan ini?! Kami hanya rakyat biasa!"
Fin Daarin (dingin):
"Kau hanya collateral damage..."
---
Panel 6
Kael melihat api dari kejauhan di atas gunung, marah dan menggenggam tinju dengan mata bersinar gelap.
Kael (dalam hati):
"Tunggu aku... Fin. Asteca. Akan kubuat kalian membayar."
Chapter 3: Misi Pertama — Gadis Berambut Putih
---
Panel 1
Latar: Hutan gelap, malam hari. Kael dan Tuan Veyra berdiri di hadapan papan misi tua.
Tuan Veyra:
"Ini misi pertamamu. Seorang gadis bangsawan diculik oleh bandit sihir. Lokasi terakhir: reruntuhan Kuil Arca Tua."
---
Panel 2
Kael membaca misi tersebut, matanya tajam namun tenang.
Kael (dalam hati):
"Gadis ini... bukan misi biasa. Aku bisa merasakannya dari bayangan tulisan ini—ada sesuatu yang janggal."
---
Panel 3
Reruntuhan kuil. Dalam ruang bawah tanah, seorang gadis berambut putih—Lisya—diikat di altar sihir, dikelilingi bandit sihir dan iblis kecil.
Bandit:
"Kita persembahkan dia sebagai tumbal, supaya kekuatan kita bertambah!"
Lisya (tsundere tapi kuat):
"Aku akan bunuh kalian semua begitu aku bebas! Idiot!"
---
Panel 4
Kael menyelinap dari bayangan. Melihat keadaan Lisya, dia menarik nafas dalam.
Kael:
"Jadi ini Lisya... dia terlihat lemah... tapi aura sihirnya sangat padat."
---
Panel 5
Pertarungan terjadi. Kael menggunakan slime bayangan untuk menyerap mantra musuh, lalu teleportasi kecil via bayangan untuk menyelamatkan Lisya.
Lisya (merah padam):
"A-Apa kau pikir aku butuh pertolonganmu?!"
---
Panel 6
Kael tersenyum sinis.
Kael:
"Aku hanya tak ingin darah tak penting mengotori tempat ini."
(Lisya makin kesal, tapi diam-diam tersipu)
---
Panel 7 (penutup)
Mereka berjalan keluar kuil, Lisya di belakang dengan tangan terlipat, wajah kesal.
Lisya (dalam hati):
"Kenapa... detak jantungku cepat saat dekat dia? Dasar idiot...!"
Narasi:
"Pertemuan dua tsundere. Petualangan mereka baru saja dimulai..."
Chapter 4: Hidup Bersama Si Tsundere
---
Panel 1
Latar: Rumah sederhana milik keluarga angkat Kael di desa.
Tuan Veyra melihat Kael dan Lisya baru tiba dari misi.
Tuan Veyra:
"Lisya akan tinggal di sini mulai sekarang. Kau tanggung jawabkan dia, Kael."
Kael (datar):
"Aku bukan pengasuh anak manja."
---
Panel 2
Lisya melipat tangan dengan wajah kesal, pipi sedikit merah.
Lisya:
"Huh?! Aku nggak minta tinggal bareng kamu juga, dasar dingin kayak es!"
---
Panel 3
Kael tidur di lantai, Lisya di ranjang (karena Tuan Veyra bilang cewek harus prioritas).
Kael (dalam hati):
"Apa aku harus kuat bukan hanya karena dunia ini... tapi juga karena dia."
---
Panel 4
Lisya mengintip Kael saat dia latihan tengah malam, mengendalikan slime bayangan dan buat mini black hole kecil di telapak tangannya.
Lisya (dalam hati):
"Dia serius banget... Padahal dia bisa cuek banget sama orang..."
---
Panel 5
Keesokan paginya, Kael bangun dan lihat sarapan di meja.
Kael:
"Ini... kamu yang masak?"
Lisya (sambil membelakangi Kael):
"B-bukan buat kamu! Aku cuma buat lebih aja! Kalau nggak mau, buang sana!"
---
Panel 6
Kael duduk dan makan. Lisya duduk diam-diam di seberangnya sambil curi pandang.
Kael (kalem):
"Terima kasih. Rasanya enak."
Lisya (muka merah, gemetar):
"D-dasar idiot dingin!"
(Tapi dia tersenyum kecil tanpa sadar)
---
Panel 7 (penutup)
Bayangan besar dari langit terlihat di kejauhan—kerajaan diselimuti api biru.
Narasi:
"Namun kedamaian ini tak akan lama. Bayangan Fin Daarin mulai bergerak..."
Chapter 5: Api Biru Menyala
---
Panel 1
Latar: Malam yang tenang di desa Kael. Orang-orang beraktiviti seperti biasa.
Lisya dan Kael duduk di atap rumah.
Lisya:
"Aku... sebenarnya takut. Dunia ini gila. Tapi anehnya, aku rasa tenang kalau ada kamu."
Kael (tenang):
"Rasa takut itu bagus. Itu yang buat kita tetap hidup."
---
Panel 2
Tiba-tiba langit menjadi merah, lalu biru menyala. Asap hitam naik dari kejauhan. Suara gemuruh terdengar.
Narasi:
"Dan ketenangan itu... berakhir."
---
Panel 3
Warga desa panik. Dari jauh, sosok tinggi dengan rambut putih berdiri di atas bangunan yang terbakar. Topeng setengah wajahnya memantulkan cahaya api biru.
Fin Daarin:
"Bukan kamu yang kucari... tapi jika kamu di sini, itu lebih baik."
---
Panel 4
Kael berdiri dengan ekspresi serius. Lisya berdiri di sampingnya, tangan bergetar.
Kael:
"...Fin Daarin."
Lisya (kaget):
"Kau kenal dia?!"
---
Panel 5
Kael teringat mimpi-mimpinya—sosok Fin dan Asteca muncul membakar dunia.
Kael (dalam hati):
"Akhirnya... kau datang juga."
---
Panel 6
Fin mengangkat tangannya, api biru menyapu bangunan. Tapi Kael menggunakan slime bayangan untuk membuat perisai gelap melindungi warga.
Fin (dingin):
"Aku hanya datang memberi peringatan, Kael. Jangan ganggu urusan kami."
Kael:
"Aku justru akan hancurkan rencana kalian."
---
Panel 7
Fin tersenyum samar, lalu menghilang dalam api biru. Asap tebal menutupi langi
t.
Narasi:
"Kael tahu… waktunya hampir tiba. Perang antara bayangan dan api tak terelakkan lagi."
---
Panel penutup
Kael dan Lisya berdiri di reruntuhan desa.
Lisya:
"Jadi... kamu benar-benar akan lawan dia, kan?"
Kael:
"Aku bukan pahlawan. Tapi aku juga bukan penonton."