Prologue: The Hollow Dawn
Langit di atas reruntuhan Aetherion memancarkan semburat merah pekat, seolah fajar enggan menyapa dunia yang telah lama kehilangan makna harapan. Debu bintang dan abu tubuh para pejuang masa silam mengendap dalam sunyi yang tak tersentuh waktu. Di tempat ini, keseimbangan pernah dijaga—dan dihancurkan.
Cael Umbra, pemuda yang kehilangan ingatan, berdiri di atas monolit retak yang menandai pusat kehancuran terakhir. Di punggungnya, sebuah lambang tak dikenal terbakar pelan: timbangan yang seimbang oleh dua tangan—satu berlumur darah, satu bersinar cemerlang. Ia tak tahu artinya. Tapi sesuatu dalam dirinya mendesak: dunia ini retak karena kebenaran yang dilupakan.
"Kau adalah bayangan dari sesuatu yang lebih besar," bisik suara di kepalanya, bergema seperti gema dari kehampaan. "Dan bayangan itu sedang mencari cahayanya kembali."
Chapter I: Balance Unmade
Di dalam Sanctum Dormire, tempat tersisa terakhir bagi para Penyeimbang Lama, konflik mulai pecah. Para penjaga prinsip netralitas mulai berselisih. Apakah keseimbangan bisa dicapai dengan membiarkan kehancuran berjalan? Atau harus ada tangan yang membimbing dunia?
Di antara mereka, seorang perempuan bernama Elyra Caestel—yang dikenal sebagai Custodian of the Silent Scale—menatap catatan kuno yang memuat nubuatan tentang kembalinya Sang Bayangan. Ia tahu ini bukan mitos. Sesuatu telah bergerak. Dan jika mereka tak menemukan Cael lebih dulu, maka para Virtue dan Sin akan menghancurkannya... atau memanfaatkannya.
Chapter II: Virtue in Decay
Paladin terakhir dari Patience, Ser Callion, bermeditasi dalam kubah keheningan. Ia telah menyaksikan faksi-faksi Virtue terpecah karena fanatisme dan kebimbangan. Keutamaan mereka perlahan berubah menjadi tirani berbaju cahaya. Ia tahu, jika keseimbangan tidak ditemukan kembali, maka cahaya akan membakar lebih kejam dari kegelapan.
Dalam doa terakhirnya, ia mendapat penglihatan tentang seorang pemuda dengan lambang timbangan. "Dia... bukan alat. Dia adalah jembatan."
Chapter III: Sins Ascending
Di puncak menara malam yang dilingkupi kabut jiwa, pemimpin dari Sin of Envy—Vandrelis—mendengar nyanyian gelap dari Void yang membisikkan kebangkitan sang Shadow-Bearer. Ia percaya bahwa dengan menyentuh kegelapan dari bayangan keseimbangan itu, ia bisa mencuri kehendak para Virtue dan menjadi dewa baru.
"Jika api membakar, dan cahaya membutakan, maka bayangan akan menelan semuanya."
Chapter IV: Threads Converge
Cael, dibimbing oleh pecahan ingatan yang datang dalam mimpi, melintasi reruntuhan dunia dan bertemu Elyra. Dalam petualangan yang menembus reruntuhan kota terapung, kuil bintang, dan ruang-ruang antara realitas, ia mulai memahami bahwa dirinya bukan hanya saksi—ia adalah bagian dari mekanisme terakhir dunia: Jantung Penyeimbang.
Chapter V: The Equinox Protocol
Saat para Virtue dan Sins mengerahkan kekuatan penuh dalam konflik yang nyaris meledakkan poros dunia, Elyra memimpin Cael menuju Kamar Eclipsa—aether-core dari mesin keseimbangan yang dulu dikunci oleh Thoran sebelum pengorbanannya. Namun Watchers, yang dahulu pasif, kini muncul dengan teknologi kuno untuk memaksa keseimbangan total: menyapu bersih semua ekstrem, baik atau jahat.
Mereka menyebut rencana ini: The Equinox Protocol.
Chapter VI: Final Divergence
Dalam pertempuran klimaks di antara reruntuhan orbit, di mana mesin-mesin Virtue dan makhluk biotek Sins bertarung dalam medan gravitasinya sendiri, Cael menghadapi kenyataan bahwa dirinya bukan manusia biasa—melainkan hasil dari fusi jiwa Virtue yang hilang dan aspek dari dosa terdalam umat manusia. Ia adalah Anomali, dan dalam dirinya: lahir kemungkinan untuk dunia yang baru.
Epilogue: Ashen Equilibrium
Di akhir, saat mesin terakhir Watchers runtuh dan bintang-bintang berhenti berbisik, Cael berdiri sendirian di puncak dunia. Tidak sebagai dewa, bukan pula penjahat. Ia adalah keseimbangan yang berjalan—memilih untuk tidak memerintah, tapi menjaga.
Dan di bayangan terakhir dari dunia lama, nyala baru berkedip: bukan api, bukan cahaya, bukan kegelapan—tetapi semua itu, dalam satu harmoni.
For the Balance, We Endure.