Lana
Angin pagi menyentuh wajahku, tapi aku belum bisa santai. Kaki masih gemetar. Jantungku belum turun dari tenggorokan.
Ezric berjalan di sampingku, masih terengah tapi... tersenyum lebar seperti bocah yang baru saja memenangkan lotere.
Aku meliriknya. "Kau tahu… kupikir kau bilang 'hanya meminjam'. Akan dikembalikan setelah duplikatnya jadi, ya kan?"
Dia menoleh, masih senyum. "Iya dong. Meminjam."
Aku menunjuk ke belakang—ke arah reruntuhan yang dulu disebut rumah. "Well, tempatnya sekarang udah rata. Gimana mau balikin?"
Ezric mengangkat bahu, tak berdosa. "Itu bukan salahku. Aku gak nyentuh tombol self-destruct."
Aku mengangkat alis. "Tapi kau merebut Cleanshard secara paksa. Lihat akibatnya."
Ezric meringis, lalu terkekeh. "Oke, fine. Kupikir sistem pertahanannya cuma alarm atau gas tidur atau... ya, bukan makhluk mekanik pembunuh dan rumah yang literally bangkit. Rawwrrr"