Lana
Aku tidak berhenti. Setelah sarapan singkat—setangkup roti gandum hangat yang bahkan tak sempat kunyah dengan benar—aku langsung melanjutkan perjalanan ke Arcane Spire.
Sampai akhirnya aku melihat tempat yang sangat familiar. Tempat itu lebih sibuk dari sebelumnya. Penyihir berlalu-lalang dengan jubah panjang, membawa gulungan, kristal, dan senjata sihir. Suara mantra, langkah tergesa, dan denting bel latihan memenuhi udara.
Arcane Spire.
Aku kembali. Tapi tidak benar-benar kembali. Karena sebagian jiwaku… masih tercecer. Masih hilang.
Lucen. Ezric. Di mana kalian?
Apakah kalian masih ada disini?
Aku berjalan pelan di tengah keramaian. Kepalaku menoleh ke kanan dan kiri, berharap melihat wajah yang kukenali. Tapi tidak ada.
Aku terus mencari.
Mata ini menyapu setiap wajah.
Hingga tiba-tiba...
Jantungku berhenti berdetak.
Sesuatu terasa... seperti tarikan tak terlihat. Seperti naluri paling dasar yang berteriak keras dalam dadaku.
